Sabtu, 13 Maret 2010

about The BRANDALS






















The BRANDALS, Formed in late 2001 as The Motives in urban polluted Jakarta, with Edo Wallad on vocal, Bayu on Lead guitar, Tonny on Rythm guitar, Doddy on Bass and Rully Annash on Drums. Spent most of 2002 practicing and performing their own materials, as well as classic R&B standards from The Who, The Stones, Hendrix, Kinks, some Pistols and The Clash. Early 2003, Edo left due to day job commitment as magazine editor. Enter Eka Annash (Rully's older brother), who intensified the whole song writing and performing activities, and changed the band's name to The Brandals. Throughout 2003 The Brandals been thru fire and high water, performing their string of original materials such as 100 km/jam, Lingkar Labirin, Marching Menuju Maut, Moonlight Chid, etc. Recording process started on March to October 2003 in Doors (East Jakarta) recording studio, which resulted in the released of their DIY debut album 'The Brandals'. The album, which distributed nation wide by a small indie label Sirkus Record, sold 7500 copy. An impressive number for an indie release. The Band continued their guerilla promo strategy, performed on underground gigs and uni/highschool music events. Promoting their album to various medias, and gain national highlight as one of the most notorious rock n roll band from the capital state of Indonesia, thanks to their lewd, provoking, disorderly act. Despite the disturbing image, The Brandals won critical approval from the medias and fans throughout the nation. Touring Java, Bali and Sumatera on 2004. Recording for the second album commenced on November 2004 at Studio 18 Jakarta. 14 new materials were recorded under Flystation label. Gruelling working hours were paid off when the album's finished in May 2005. After few months of distribution search, the band hooked up with Warner Music for a distribution deal nation wide and presented what would be their best release yet, the eclectic 'Audio Imperialist'. The album infused punk's ferocious, rockabilly's rhythm with country tinged rock n roll. Fuelled with lyrical contents that speaks urban life obsession on decadence, social injustice and rejected romance gone bad.
2007 saw the band back in the studio recorded their 3rd output ‘Brandalisme’. Trying to break the standard rock n’ roll platform, the new album became an experimental ground for the band to expanding their musical palette. ‘Brandalisme’ managed to dilute the new experiment sound of The Brandals with their rough and reverb trademark. The result was a refreshing and challenging new territory for the band as well for the fans. Still holds their DIY ethic flags high, ‘Brandalisme’ released by Aksara Records, another respected Jakarta’s independent label. Right now, the band's doing what they do best : touring, playing, spitting rough facts about the band's myth and bollocks...independently.

BIOGRAFI:

Eka Annash (Vocalist),
21 April 1976
Bachelor of Fine Art, New South Wales University Sydney, Australia
Vokalis for Waiting Room from 1994 to 1999
Publisher, Event Organizer, Art Director for Cosmic Production
Graphic Designer for Ogilvy & Mathers Advertising
Fave Musician : David Bowie, Jimi Hendrix, Sex Pistols, The Clash,
The Cramps, Johnny Thunders, Lou Reed & Velvet Underground

Rully Annash (Drummer),
15 Agustus 1977
D-III Sekolah Tinggi Manajemen Transport Trisakti, Jakarta
Drummer Brown Sugar from 1997 to 1999
Producer for Brandals Merchandising & Rully Boy Production
Fave Musician : The Rolling Stones, Metallica, Iggy and The Stooges, Damned, Dave Grohl

Mochammad Bayu Indrasoewarman (Guitarist),
16 Februari 1978
Universitas Persada Indonesia YAI jurusan Tehnik Informatika D-III
Guitarist for Brown Sugar from 1997 to 1999
Producer for Brandals Merchandising
Fave Musician : Jimi Hendrix, The Rolling Stones, The Beatles

Tonny Dwi Setiaji (Rhythm Guitar),
31 oktober 1979
D-III Manajemen Informatika Universitas Gunadarma
Vocalist for Underwear from 1997 to1999
Vocalist for Antiklimaks from 2000 to 2001
Vocalist/ guitarist for Denial (present)
Marketing and Promotion for Aksara Record (2005-2007)
Media Promotion for Black Morse Record (2007-present)
Fave Musician : Elvis Presley, The Who, Sex Pistols, Primal Scream, My Bloody Valentine, The Jesus & Mary Chain

Dodi Widyono (Bassist),
23 januari 1981
Bachelor of landscape architecture, Trisakti University
Bassist for Underwear since 1997 to 1999
Landscape Architecture for Bumi Rancamaya Estate
Fave Musician : The Clash, The Damned, MC5


about BRANDALISME:

Terminologi Brandalisme: berasal dari meluasnya gerakan reaksi tolak balik yang menyikapi pesatnya invasi lingkungan ruang publik oleh logo korporat, iklan dan merek (brand). Tindakan termasuk merekonstruksi, mengatur kembali dan bahkan menghapus/menghancurkan logo korporasi tersebut yang terpampang di ruang publik (brand+vandalism). Untuk menuntut kembali identitas visual yang pada awalnya milik publik dan komunitasnya.

The Brandals sebagai unit dalam bidang musik, beroperasi dengan prinsipil reaksi tolak balik yang sama terhadap system industri musik kita. Reaksi ini terekspresi pada tajuk album ke-tiganya, dimana mereka mengadopsi terminologi Brandalisme. Walaupun tidak mengedepankan isu politik pada agenda mereka, terminologi ini berlaku hanya untuk sudut artistik dan prakteknya, daripada statement politik itu sendiri. Tapi, the Brandals berharap untuk menyebarkan prinsip dan efeknya untuk pendengar setia mereka. Pesannya sangat jelas, untuk selalu merencanakan, bertindak dan mengevaluasi semua perbuatan secara independen tanpa intervensi besar dari pihak lain. Selalu mengatasi masalah dan resiko di tangan sendiri.

Terminasi kata 'Brandalisme' juga teraplikasi pada pengembangan dari musikalitasnya. The Brandals terus berevolusi sampai di titik dimana pada akhirnya mereka menemukan karakterisasi yang sangat spesifik dari sound The Brandals pada album kali ini. Perpaduan antara blues sways, punk rock stomps, dan rockabilly rolls adalah bukti akurat sejak debut album pertama. Tapi pada album ketiga ini the Brandals melebar ke teritori lain yang belum pernah dijamah sebelumnya. Elaborasi peleburan elemen lain yang bisa dirangkum sebagai 'The Brandals sound'. Karenanya, album ini diberi judul Brandalisme.

Secara general yang membedakan album Brandalisme ini dengan yang sebelumnya adalah adanya kehadiran rasa tanggung jawab terhadap apa yang mereka berusaha ekspresikan dan bagi pada khalayak selama ini. Sebuah ciri khas kedewasaan yang terkesan klise tetapi memang tidak bisa dipungkiri. Semua ini hadir tanpa meninggalkan citra the Brandals yang selama ini telah terbangun. Pemberontakan atau perlawanan yang hadir tampak lebih composed, lebih dewasa. Seperti pemberontakan terhadap apatisme dan ingin membuat perubahan secara positif terhadap lingkungan. Mereka berusaha mengajak pendengarnya untuk lebih perduli dan sadar diri.
Sejak tahun 2005 lalu the Brandals diminta oleh yayasan AIDS, YAIDS, untuk menjadi corong mereka dengan melakukan kampanye demi kepekaan anak muda untuk penyakit tersebut. Pada tahun yang sama the Brandals juga diminta oleh organisasi internasional WWF (World Wildlife Fund) untuk menjadi duta organisasi yang memberikan pendanaan sosial ini. Hal tersebut juga menjadi semacam pengakuan yang signifikan terhadap sebuah band yang ternyata tak hanya prima dalam performa tetapi juga sanggup menjadi wakil untuk menyuarakan pesan-pesan penting kepada masyarakat urban, terutama kepada pemuda di tanah air.

Sejauh ini demikian lah yang ditawarkan oleh the Brandals. Sound yang mungkin akan diinterpretasi, kategorisasi dan direview sebagai album yang buruk atau bagus bagi pendengar (ataupun oleh media). Sejujurnya, untuk keuntungan mereka, hal terakhir yang mereka khawatirkan adalah kritik dan hal yang ada di atas. Inilah apa yang tercurah dari hati mereka yang terdalam. Sound dari Brandalisme.

Di album ini the Brandals kembali dibantu oleh beberapa teman seperjuangan yang telah memberi dukungan tak terhingga. Ramondo Gascaro dan Awan Garnida dari Sore (juga sejawat dalam label Aksara records) memberi bantuan vokal latar serta sentuhan piano dan organ Hammond. Amar Ramadhan dari Maliq and D’Essentials kembali hadir dengan tiupan terompetnya di lagu ”Is It You Girl?”. Aghi Narottama (Ape On The Roof, LAIN) yang bertindak sebagai sound engineer dalam proses mixing & mastering juga menyumbangkan hentakan piano boogie di single petama ”100% Kontrol”. Nama David Tarigan pun menambah riuh repertoire kami di lagu ”City Boy” dengan gitar akustiknya.

Tak lupa, band asal Jakarta Timur ini juga berkolaborasi dengan seniman graffiti muda Jakarta, Darbotz, yang mendesain sampul album dengan ikon Cumi khasnya. Semua dukungan di atas menjadikan album ini sebagai perpajangan perjalanan kedewasaan yang telah dimulai pada Audio Imperialist (Flystation/Warner, 2005)

Genre:
Rock'n Roll/Punk/Blues

Hometown:
Jakarta

Record label:
Aksara Records

Current Location:
Jl. Brawijaya 12 no. 1, Jakarta Selatan - Indonesia Jakarta, Indonesia
General manager:
+62 817 668 2132 Fanno

Booking agent:
+62 817 668 2132 Fanno +62 856 888 0002 / +62 21 93000 258 Ade +62 856 804 5812 Lova +62 856 702 2559 Fani +62 813 179 376 13..PO BOX 1306 JKT 13013 Jakarta Timur 13000 INDONESIA email : thebrandals@yahoo.com, thebrandals@hotmail.com

Influences:
The Who, The Stones, Hendrix, Kinks, some Pistols and The Clash

see more :
http://www.brandalisme.com
http://thebrandals.multiply.com
http://www.myspace.com/audioimperialist
http://www.facebook.com/home.php?#!/group.php?gid=28863335203&ref=ts
http://twitter.com/Thebrandals

note:
The BRANDALS saat ini sdang menggarap album baru yang semoga dapat segera diliris di tahun 2010.

ROCK n ROLL BRIGADE, VIVA LA BRANDALS!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar